Tuesday, September 2, 2014
Catatan Kecil : Bale Sigala-Gala, Hymne Para Pejuang
Bale Sigala-gala telah penuh sesak para undangan. Sebuah pesta pora dihajatkan oleh para Kurawa dengan undangan istimewa lima orang Pandawa beserta ibundanya. Malam kian pekat. Gelar tari istana menyeruak di antara sorak sorai hadirin. Aneka hidangan yang sebenarnya berbeda dengan hidangan lain dikhususkan untuk keluarga Pandawa. Hidangan yang telah ditaburi racun tilem yang akan menjadikan hilang kesadaran bagi mereka yang menikmatinya. Tanpa disadari oleh para Pandawa, terasa bahwa perjamuan tersebut adalah perjamuan tulus yang dipersembahkan kepada mereka oleh para Kurawa. Namun tidak bagi Bima Sena, ia teringat pesan seorang winasis yang ia jumpai di ujung jalan ketika hendak menuju Bale Sigala-gala. Janganlah dirimu terlena oleh kenikmatan jasad.
Waktu terus bergulir. Terus merambat mendekati malam tancap kayon. Kabut mulai turun ketika gerimis kecil menyapu Bale Sigala-gala yang menjadikan malam kian muram. Lolongan anjing hutan sekali-kali terdengar dari kejauhan. Terdengar begitu rendah suara burung kematian yang terbang di atas Bale Sigala-gala seolah mengingatkan bahwa bahaya telah mengancam. Dalam kewaspadaannya, Bima Sena mencoba menyamarkan kesadarannya dengan terlentang di atas kursi yang ia duduki menyusul para Pandawa lainnya.
Duryadana menyadari telah tiba waktu yang ia nantikan. Bergegas ia tinggalkan Bale Sigala-gala sembari memberikan isyarat kedipan mata kepada Haryo Suman untuk membakar tempat tetirah yang baru dibangunnya tersebut.. Perlahan namun pasti, api merambat ke sirap dan membakar seluruh Bale Sigala-gala. Seketika Bima Sena tersadar dan segera menyelamatkan empat saudaranya beserta ibundanya untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
Segala olah untuk memperdayai pihak lain dengan kemasan manis berupa perjamuan ataupun apa namanya senantiasa akan meninggalkan lubang hitam bagi para pelakunya. Gusti ora sare. Tuhan senantiasa berkehendak dengan kodrat dan iradat-Nya untuk perlindungan bagi orang-orang yang terdzalimi.
Terasa aneh ketika akan dihelat sebuah perjamuan suatu permasalahan yang dihajat oleh para pemangku kuasa. Perjamuan-perjamuan yang mereka hajat bukanlah perjamuan-perjamuan yang sesungguhnya. Perjamuan dengan makna ganda yang berbeda antara makna mereka dengan makna yang sesungguhnya. Tiada harapan atas apa-apa yang mereka upayakan karena pada dasarnya hajatan itu tidak lebih dari langkah-langkah mereka untuk sesuatu yang mereka sebut sebagai pesta demokrasi beberapa tahun mendatang.
Anda semua bukan bagian dari orang lain di luar Anda dan orang lain itu bukan Anda. Anda semua dilahirkan bukan untuk sebuah dosa orang lain yang tidak Anda perbuat. Anda semua dilahirkan untuk sebuah tugas suci kekinian maupun yang akan datang. Bentang tanah lapang yang seluas jiwa amanah dan semangat Anda semua telah menanti dharma bakti Anda. Anda semua adalah para pejuang. Pejuang bagi seluruh rakyat dan bangsa ini. Beribu harapan ibu pertiwi senantiasa menetes dalam setiap langkah Anda semua. Langkah-langkah Anda semua dalam menjejaki bumi dengan senantiasa menggenggam nilai-nilai suci yang bersemayam dalam dada Anda adalah pengejawantahan dari nilai diri Anda semua. Pengejawantahan dari sebuah amanah dan kepercayaan yang tak akan lekang dan usang oleh setiap caci maki dan hinaan.
Seseorang bisa saja kehilangan harapan, namun jangan sampai kehilangan kepercayaan. Termasuk kepercayaan diri. Sebagai mana Panglima Tariq bin Ziyad ketika membangkitkan semangat prajuritnya yang baru tiba di Andalusia untuk membantu Gubernur Ceuta, Julian. Di belakang membentang laut dengan hiasan kapal-kapal yang telah habis terbakar sementara di depannya telah menunggu prajurit musuh yang jumlahnya enam kali lebih besar dari jumlah prajuritnya. ”Tidak ada jalan untuk melarikan diri. Laut di belakang kalian dan musuh di depan kalian. Demi Allah tidak ada yang dapat kalian lakukan sekarang kecuali bersungguh-sungguh penuh keikhlasan dan kesabaran.”
Dalam pertempuran yang lamanya sekitar sepekan, pada tanggal 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, pasukan Tariq bin Ziyad berhasil menaklukan pasukan Raja Roderic dari Kerajaan Visigothic, Spanyol.
Ya, bersunguh-sungguh penuh keikhlasan dan sabar atas segala fitnah yang dzalim. Keikhlasan sebagai mana nelayan dalam menghalau badai dan kesabaran sebagai mana karang menunggu ombak. Bahwa Anda semua selama ini telah mematrikan jiwa amanah dan jiwa hanif Anda pada ruh serta jasad Anda. Bahwa Anda semua selama ini telah menjadikan pangkuan ibu pertiwi sebagai tujuan perjuangan Anda. Bahwa Anda semua tidaklah sama dengan mereka-mereka yang sekarang sedang menjalani parade pesakitan menuju jeruji besi.
Keniscayaan adalah pada apa-apa yang telah Anda semua bhaktikan untuk rakyat dan bangsa ini. Bahwasannya tidak ada kesia-siaan atas apa-apa yang berada di bawah matahari. Malaikat Rakib tidak akan luput dengan catatannya dan kodrat serta iradat-Nya senantiasa menaungi Anda semua yang senantiasa istiqomah di jalan kebenaran ini. Kilang harapan masih terbentang bersama nurani.
Dari dinding masa kini di atas pentas hari-hari yang akan tiba, aku saksikan bahwa Anda semua adalah para pejuang yang senantiasa waspada atas segala perdayaan yang diperjamukan kepada Anda. Aku saksikan bahwa Anda semua adalah para pejuang yang tidak luntur oleh perubahan zaman. Aku saksikan bahwa Anda semua adalah para pejuang yang tetap kokoh walau caci maki dan hinaan menerpa Anda. Demikian yang akan menjadi risalah bagi anak cucu Anda semua di kemudian hari.
(Suryandaru Rineksa Kawuryan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment