Menanti, bisa jadi menjadi hal yang sangat
membosankan bila tidak dilandasi rasa sabar. Terlebih lagi bila yang dinanti
tidak tahu kalau sedang dinanti. Asal-muasalnya tentu karena komunikasi yang
kurang baik. Dan bahkan bisa jadi diawali dengan buruk sangka antar sesama.
Atau lebih parah lagi bila sebelumnya ada konflik atau percekcokan satu dengan
yang lain. Ibarat nila setitik, rusak susu sebelanga. Ingat terus kesalahan
orang lain, tapi tidak pernah merasa salah atas dirinya sendiri. Seakan-akan
luka hati tersebut tiada menemui kesembuhannya. Sungguh merana betul sekian
lama menanggung beban dendam kesumat. Semakin sering diiris, semakin pedih bak
disayat sembilu.
Tentu kita ingat pula kata pepatah bahwa
hidup ini cuma mampir minum. Sebentar. Tidak lama. Tapi tidak juga berbuat
baik. Bahkan tak jarang perbuatan baik diikuti dengan yang buruk. Bukan hanya
sekali. Tapi bertumpuk-tumpuk. Ibadahnya baik, tapi maksiat terus berlanjut.
Jika ditimbang-timbang pun belum tentu lebih berat kebaikannya dibanding
keburukannya. Perangai demikian tentu sangat perlu untuk diluruskan kembali.
Tapi ingatlah, jangankan kita, Nabi SAW yang meluruskan pun kalau Allah belum
berkehendak, tentu jangan berharap buahnya akan manis. Sebagaimana kisah Nabi
SAW dengan paman kesayangan beliau, Abu Tholib, yang sampai akhir hayat tidak
menemukan hidayah Islam meski telah didoakan oleh Nabi SAW.
Ingatlah, Allah menanti kita untuk bertaubat
akan hal-hal buruk yang telah diniatkan untuk dilakukan. Bahkan lebih dalam
lagi, Allah menanti kita untuk bersyukur atas hal-hal baik yang telah diterima
dimuka agar tidak tercampur dengan keangkuhan, kesombongan dan sifat ingin pamer.
Allah tidak merasa bosan akan hal itu. Karena Allah Maha Sabar. Andaikan ada di
antara kita yang ingin terlebih dahulu mengawali dalam mengatasi konflik dan
permusuhan, cukuplah benteng sabar terbangun dalam diri kita, Insya Allah
dituntun-Nya.
Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan itu.Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga
orang yang bermusuhan antara engkau dengan ia akan menjadi teman yang amat
setia. Perbuatan sedemikian itu tidak akan diberikan kepada siapapun, selain
dari orang-orang yang berhati sabar dan tidak pula diberikan melainkan kepada
orang yang mempunyai keberuntungan besar. (QS. Fushshilat: 34-35)
No comments:
Post a Comment