Serasa kemarau panjang. Suasana panas sangat terik. Jemuran cepat
kering. Bahkan kalau tidak segera diangkat warna pakaian bisa “bladus”.
Sumur-sumur mulai berkurang debit airnya. Karenanya diharapkan menggunakan air
searif mungkin. Di beberapa daerah sudah mengalami kekeringan. Namun beruntung
sawah yang dekat Bengawan Solo, masih bisa dialiri air, karena beberapa tahun
yang lalu berhasil dibendung. Sisanya mesti bersabar.
Siapa bilang nenek moyang kita tidak mengajarkan untuk hemat
air. Buktinya, padasan. Kerajinan dari tanah liat yang diberi pancuran di
bawahnya. Meski di kitab fiqh dimungkinkan tayamum jika sulit mendapatkan air.
Eiitt tapi tunggu dulu, siapa tahu dicabutnya sumber-sumber air di dunia
sedikit demi sedikit ini pertanda sudah semakin dekatnya hari kiamat ?? Wallohu
a’lam. Yang jelas ini harus menjadi peringatan buat kita semua. Peduli
lingkungan. Ramah padanya dan mari lindungi sumber kehidupan ini.
Air. Lebih
tepatnya Air Bersih. Mestinya harus diupayakan menjadi perhatian masyarakat,
bukan hanya perusahaan air minum. Jangan sampai mubazir penggunaannya. Termasuk
jika bertamu dan disuguhi air mineral dalam kemasan, semestinya minumlah tanpa
sisa. Sadari, berapa rupiah, tenaga dan waktu yang telah dihabiskan untuk
menyuguhkan air kemasan tersebut sampai di meja tamu. Atau ukuran kemasan
gelasnya diubah menjadi seukuran cangkir ?
Mari semua segera menuju Allah, sebelum pintu taubat itu
ditutup. Alangkah utamanya jika berjama’ah.
No comments:
Post a Comment