Sore
itu saya susuri kembali memori yang telah berlalu sekian tahun lamanya. Hari
itu sehabis pelantikan dari kantor wilayah, dan hendak melapor di kantor baru
tempat saya bertugas. Terkadang saya tertegun sejenak karena rangkaian memorinya
terputus akibat terlalu lamanya waktu berselang. Jalan yang aspalnya tidak rata
seakan tak terasa terlewatinya, karena pikiran sedang berusaha keras untuk
mengurai urutan sejarah yang dulu, saat ini, dan rencana nanti yang akan saya
alami. Dan akhirnya sampailah saya di kantor baru.
Takjub hati saya, wow bangunan kantornya sekarang megah,
bahkan seolah-olah mirip hotel dari kejauhan. Sambil berjalan penuh optimis,
saya memasuki kantor baru ini. Bismillahirrohmanirrohiim. Dengan nama Allah
yang Mahapengasih dan Mahapenyayang, saya masuk kantor ini dengan bangga. Saya
sadar sesadar-sadarnya bahwa dari bekerja di kantor ini saya menafkahi keluarga
saya. Dan Negara Republik ini sebagai pemilik sah kantor ini berharap sekali
kepada saya bahwa dengan penghasilan yang besarnya di atas rata-rata pegawai
negeri lainnya sudah sepantasnya saya menjaga amanah untuk mengumpulkan
penerimaan negara yang nantinya diperuntukkan atas nama keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Masih terbayang dengan jelas pakta integritas yang
beberapa jam sebelumnya saya tandatangani seusai pelantikan tadi. Dengan
mengucapkan salam saya menyapa petugas TPT yang ramah, saya naik ke lantai dua
untuk menghadap kepala kantor ini sebagaimana informasi yang disampaikan oleh
petugas satpam di tempat parkir tadi.
Setelah melapor dan diterima dengan baik, rasanya hati
ini makin mantap untuk bertugas di kantor baru ini. Dan setelah menyerahkan
berkas kepegawaian dan pendaftaran absensi dengan sidik jari,di bagian
kepegawaian, saya sapa teman-teman baru saya dari lantai satu sampai tiga.
Perkenalan yang akrab dan penuh suasana kebatinan yang ceria pun saya dapatkan.
Alhamdulillah.
Kebetulan keesokan harinya bukan hari kerja. Penasaran
saya dengan pasar rakyat terlampiaskan. Dalam dua hari libur, Sabtu dan Minggu,
saya, istri dan anak berhasil mengunjungi empat pasar rakyat sekaligus yang
letaknya tidak jauh dari rumah tempat tinggal keluarga kami. Meskipun sekedar
membeli cabe rawit, tempe dan tahu, seakan-akan itu sudah cukup mewakili harga
pasar berbagai kebutuhan pokok yang terjangkau bila dibandingkan dengan di
tempat tinggal yang lama. Sambil tersenyum sembari menikmati jajanan pasar yang
baru saja dibeli, saya berpesan sama istri, meski murah tetap jangan boros.
Saya ajak istri merenungkan bahwa dulu mungkin harga kebutuhan pokok yang
termurah di tempat lama berkisar dua ribu rupiah, tetapi di tempat baru cukup
dua ratus rupiah saja. Karenanya, maknailah hidup ini dengan sesuatu yang
berarti, hargailah keberadaan rakyat, sebelum semuanya menjadi buyar dan
berbalik arah tidak bersahabat dengan kita.
Pajak bebas korupsi. Janganlah takut. Nilai yang
ditanamkan adalah kebaikan, dan kebaikan itu bersumber dari jiwa suci yang
diajarkan dari para orang tua kepada anaknya, dari para guru kepada muridnya,
dan semuanya bersandarkan pada nilai-nilai agama. Karenanya tetaplah semangat
dalam bekerja. Bekerja itu adalah ibadah.
Siapapun Anda kaya atau miskin, berpendidikan tinggi atau
biasa-biasa saja, pejabat atau hanya pegawai, semua berawal dari tempat kelahiran. Terima kasih telah
membuatku kembali di home base. SIKKA
oke deh.
No comments:
Post a Comment